KATA
PENGANTAR
Assalamualaiqum Wr .Wb
Dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati, Penulis memanjatkan puji
syukur kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat dan rahim-Nya yang telah
dilimpahkan, taufiq dan hidayah-Nya dan atas segala kemudahan yang telah
diberikan sehingga penyusunan makalah tentang “Tujuan Pendidikan” ini
dapat terselesaikan.
Shalawat terbingkai salam semoga abadi
terlimpahkan kepada sang pembawa risalah kebenaran yang semakin teruji
kebenarannya baginda Muhammad SAW, keluarga dan sahabat-sahabat, serta para
pengikutnya. Dan Semoga syafa’atnya selalu menyertai kehidupan ini.
Makalah ini berisi ulasan-ulasan yang membahas tentang
Pembahasan mengenai tujuan Pendidikan, kedudukan dan fungsi Tujuan
Pendidikan serta taksonomi dan klasifikasi tujuan pendidikan.
Setitik harapan dari penulis, semoga makalah
ini dapat bermanfaat serta bisa menjadi wacana yang berguna. Penulis menyadari
keterbatasan yang penyusun miliki. Untuk itu, penulis mengharapkan dan menerima
segala kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan penyempurnaan makalah
ini.
Wassalamuaiqum Wr.Wb
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL
KATA
PENGANTAR…………………………………………………….. i
DAFATAR
ISI…………………………………………………………….. ii
BAB
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………….... 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………... 1
BAB
II. PEMBAHASAN
A. Tujuan Pendidikan ………………………………….................... 2
B. Kedudukan Dan Fungsi Tujuan
pendidikan…………………………. 3
C. Klasifikasi Tujuan
Pendidikan………………………………….….. 4
D. Taksonomi Tujuan Pendidikan ……………………………………. 5
BAB
III. PENUTUP
3.1. KESIMPULAN……………………………………………………. 9
3.2. SARAN…………………………………………………………….. 9
DAFATAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah
makhluk yang dikaruniai keutamaan oleh Allah swt dibandingkan makhluk
ciptaannya yang lain. Keutamaan manusia terletak pada kemampuan akal pikirannya
/ kecerdasannya. Dengan kemampuannya ini manusia mampu mengembangkan diri dalam
kehidupan yang semakin berkembang.
Pengembangan
diri untuk mencapai kemajuan dalam kehidupan memerlukan apa yang kita sebut
dengan pendidikan. Pendidikan sudah ada sejak adanya peradaban yang diawali
dengan proses kependidikan dalam lingkup yang masih terbatas.
Sejalan dengan
perkembangan dan tuntutan jaman maka diperlukan satu pendidikan yang dapat
mengembangkan kehidupan manusia dalam dimensi daya cipta, rasa dan karsa.
Dimana ketiga hal tersebut di atas akan menjadi motivasi bagi manusia untuk
saling berlomba dalam mencapai kemajuan sehingga keberadaan pendidikan menjadi
semakin penting. Yang pada akhirnya menjadikan pendidikan sebagai kunci utama
kemajuan hidup manusia dalam segala aspek kehidupan.
Pendidikan
merupakan usaha manusia untuk meningkatkan ilmu pengetahuan yang didapat baik
dari lembaga formal maupun informal dalam membantu proses transformasi sehingga
dapat mencapai kualitas yang diharapkan. Agar kualitas yang diharapkan dapat
tercapai, diperlukan penentuan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan inilah yang
akan menentukan keberhasilan dalam proses pembentukan pribadi manusia yang
berkualitas, dengan tanpa mengesampingkan peranan unsur-unsur lain dalam
pendidikan. Dalam proses penentuan tujuan pendidikan dibutuhkan suatu
perhitungan yang matang, cermat, dan teliti agar tidak menimbulkan masalah di
kemudian hari. Oleh karena itu perlu dirumuskan suatu tujuan pendidikan yang
menjadikan moral sebagai basis rohaniah yang amat vital dalam setiap peradaban
bangsa.
B.
Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, maka
perlu kiranya penulis untuk menjelaskan secara rinci mengenai :
1.
Apakah
tujuan Pendidikan ?
2.
Apakah
kedudukan dan fungsi Tujuan Pendidikan ?
3.
Bagaimana
klasifikasi tujuan pendidikan?
4.
Bagaimana
taksonomi tujuan pendidikan ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
TUJUAN PENDIDIKAN
Pengertian pendidikan
menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia,serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Sedangkan tujuan
pendidikan adalah seperangkat sasaran kemana pendidikan itu diarahkan (Dirto
Hadisusanto, Suryati Sudartho dan Dwi Siswoyo, 1995) sasaran yang dicapai melalui pendidikan
memiliki ruang lingkup sama dengan fungsi pendidikan. Wujud tujuan pendidikan
dapat berupa pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap. Sehingga tujuan
pendidikan dapat dimaknakan sebagai
suatu sistem nilai yang disepakati kebenaran dan kepentingannya yang dicapai
melalui berbagai kegiatan, baik dijalur pendidikan sekolah maupun luar sekolah.
[1]
Output dari pendidikan dapat
tercapai secara maksimal jika tujuan dari pendidikan ditentukan dengan tepat
dan benar. Oleh karenanya, sebelum menentukan tujuan, sebaiknya kita menentukan
dasar / landasannya terlebih dahulu.
Adapun
yang menjadi landasan pendidikan
nasional kita adalah :
Ø Landasan filosofis : Pancasila dan UUD 1945
Ø Landasan sosiologis : masyarakat Indonesia
Ø Landasan kultural : kebudayaan nasional
Ø Landasan psikologis : perkembangan peserta didik
Ø Landasan ilmiah dan teknologi : perkembangan ilmu
pengetahuan dan
teknologi
Setelah dasar / landasan pendidikan ditetapkan, kita dapat menyusun
tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Ada beberapa rumusan mengenai tujuan
pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia, namun yang akan kita bahas di sini
adalah rumusan yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945 serta rumusan menurut UU
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Tujuan pendidikan nasional dalam Pembukaan UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.
Kecerdasan yang dimaksud disini bukan semata-mata kecerdasan yang hanya
berorientasi pada kecerdasan intelektual saja, melainkan kecerdasan meyeluruh
yang mengandung makna lebih luas.
Sedangkan tujuan pendidikan nasional menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dirumuskan sebagai berikut : pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Dari rumusan tujuan pendidikan nasional kita dapat menyimpulkan
bahwa manusia yang ingin dihasilkan dari sistem pendidikan di Indonesia adalah
manusia yang mumpuni, yang mampu menjawab tantangan jaman namun tetap berakar
pada nilai-nilai moral yang dianut oleh bangsa Indonesia.
Dalam kegiatan pendidikan, tujuan memiliki kedudukan yang amat penting.
Lebih – lebih bila dibandingkan diantara aneka komponen lain dalam
penyelenggaraan pendidikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa semua komponen yang
diadakan, serta seluruh kegiatan pendidikan yang diupayakan semua semata-mata
hanyalah tertuju pada pencapai tujuan pendidikan. Oleh karenanya, semua hal dan
semua kegiatan penyelenggaraan pendidikan yang menyimpang dari pencapaian
tujuan pendidikan, dianggap sebagai praktik pendidikan yang menyimpang juga.
Pada bagian lain tujuan pendidikan
memiliki fungsi yang amat penting pula selain penting dalam kedudukannya.
Fungsi tujuan pendidikan adalah mengarahkan, memberikan orientasi, dan
memberikan pedoman kearah mana pendidikan diselenggarakan sebaik-baiknya. Oleh
karena pendidikan memiliki fungsi yang mat penting tersebut, maka tujuan
pendidikan harus dirumuskan secara mantap oleh semua pendidikan disemua
jenjang. Dengan rumusan tujuan pendidikan yang mantap diharapkan pelaksanaan
pendidikan yang dilakukan tidak akan menyimpang.
Tujuan pendidikan dapat diklasifikasikan
berdasarkan pendekatan tertentu. Pengklasifikasian ini perlu diadakan
supaya dapat diketahui jenis dan jenjang suatu tujuan pendidikan, dan
hal ini dapat membantu si perancang/pengembang
program pendidikan.
Klasifikasi tujuan pendidikan meliputi:
1. Tujuan-tujuan keterampilan kehidupan, yakni keterampilan yang digunakan
dalam kehidupan sehari-hari, yang meliputi aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
2. Tujuan-tujuan metodologis, berkenaan dengan
cara-cara berpikir dan bertindak terhadap informasi, dan cara-cara
mengetahui disiplin mata ajaran.
3. Tujuan-tujuan isi, yang berkenaan dengan kemampuan siswa yang meliputi konsep, generalisasi, prinsip,
yang ada dalam daerah dan struktur
mata ajaran tertentu.
Klasifikasi
tujuan pendidikan ini berguna dalam rangka memilih dan merumuskan tujuan-tujuan suatu bidang pengajaran / bidang
studi.
Klasifikasi tujuan pendidikan dilakukan
berdasarkan pendekatan-pendekatan :
1. Langsung/jangka panjang
2. Jenis perilaku (tipe performance)
3. Sumber.
1.
Pendekatan langsung
Dengan
pendekatan ini diklasifikasikan tujuan
menjadi beberapa tujuan pendidikan, yakni :
a. Tujuan jangka panjang (long term), misalnya pengetahuan dan keterampilan yang berdayaguna sepanjang
kehidupan.
b. Tujuan antara (medium term), yang mencakup hal-hal
yang diperoleh dari sekolah.
c. Tujuan pembelajaran (course), berkenaan dengan
bidang studi yang akan diajarkan.
d. Tujuan unit, berkenaan dengan unit-unit yang akan diajarkan.
e. Tujuan pelajaran (lesson), berkenaan dengan materi pelajaran yang
akan diajarkan.
f.
Tujuan
latihan, berkenaan dengan tingkah laku khusus yang akan dilatilikan.
Klasifikasi
tujuan pendidikan ini digunakan dalam rangka merancang kurikulum.
2.
Pendekatan Jenis Perilaku
Klasifikasi ini dibuat berdasarkan taksonomi tujuan pendidikan, yang terdiri dari
a.
Tujuan-tujuan kognitif.
b.
Tujuan-tujuan afektif.
c.
Tujuan-tujuan psikomotorik.
Klasifikasi ini berguna dalam
penyusunan tujuan kurikulum dan tujuan pembelajaran.
Penjelasan
lebih lanjut mengenai taksonomi ini disajikan
pada uraian berikutnya.
3.
Pendekatan sumber
Pendekatan ini
bertitik tolak dari kebutuhan masyarakat,
kebutuhan organisasi, atau kebutuhan individual.
Kebutuhan-kebutuhan
tersebut diklasifikasikan dari segi input (isi atau informasi), proses (kemampuan berpikir), produk
(keterampilan atau perilaku khusus).
Taksonomi tujuan
pendidikan merupakan suatu kategorisasi tujuan pendidikan, yang
umumnya digunakan sebagai dasar untuk merumuskan tujuan kurikulum dan tujuan pembelajaran.
Taksonomi tujuan terdiri dari domain-domain kognitif,
afektif dan psikomotor.
Matra
kognitif menitikberatkan pada proses intelektual. Bloom mengemukakan jenjang jenjang
tujuan kognitif, sebagai berikut:
1.
Pengetahuan. Pengetahuan merupakan pengingatan
bahan-bahan yang telah dipelajari, mulai dari fakta sampai ke teori, yang menyangkut informasi yang bermanfaat,
seperti : istilah umum, fakta-fakta
khusus, metode dan prosedur, konsep dan prinsip.
2.
Pemahaman. Pemahaman adalah abilitet untuk menguasai pengertian.
Pemahaman tampak pada alih bahan dari satu bentuk ke bentuk lainnya, penafsiran, dan
memperkirakan. Contoh : memahami fakta dan prinsip, menafsirkan bahan
lisan, menafsirkan bagan,
menerjemahkan bahan verbal ke rumus matematika.
3.
Penerapan (aplikasi). Penerapan
adalah abilitet untuk menggunakan bahan yang
telah dipelajari ke dalam situasi baru yang nyata, meliputi : aturan, metode, konsep, prinsip, hukum, teori. Contoh : melaksanakan konsep dan prinsip ke situasi baru, melaksanakan hukum dan teori ke situasi praktis,
mempertunjukkan metode dan prosedur.
4.
Analisis
(pengkajian). Analisis adalah abilitet untuk merinci bahan menjadi
bagian-bagian supaya struktur organisasinya mudah dipahami, meliputi identifikasi
bagian-bagian, mengkaji hubungan antara bagian-bagian, mengenali prinsip-prinsip
organisasi. Contoh : menyadari asumsi-asumsi, menyadari logika
dalam pemikiran, membedakan
fakta dan inferensi.
5.
Sintesis. Sintesis adalah abilitet mengkombinasikan
bagian-bagian menjadi suatu keseluruhan baru, yang menitikberatkan pada tingkah laku
kreatif dengan cara memformulasikan pola dan struktur baru. Contoh : menulis cerita pendek yang
kreatif, menyusun rencana eksperimen,
menggunakan bahan-bahan untuk memecahkan masalah.
6. Evaluasi. Evaluasi adalah abilitet untuk mempertimbangkan nilai bahan untuk maksud tertentu
berdasarkan kriteria internal dan kritena ekstemal.
Contoh : mempertimbangkan konsistensi bahan tertulis,
kemantapan suatu konklusi berdasarkan data, nilai suatu pekerjaan berdasarkan kriteria
internal dan/atau eksternal.
2.
Matra Afektif
Matra afektif adalah
sikap, perasaan, emosi, dan karakteristik moral, yang merupakan aspek-aspek penting, perkembangan siswa. Krathwohl,
Bloom, dan Masia, mengembangkan hierarki matra ini, yang terdiri dari:
1.
Penerimaan (receiving); suatu keadaan
sadar, kemauan untuk menerima, perhatian terpilih. Contohnya : Siswa mempertunjukkan kemauan untuk mendengarkan rekaman musik rock, tetapi mengekspresikan perasaan yang lemah
terhadap musik tersebut.
2.
Sambutan (responding) : suatu sikap terbuka ke arah
sambutan; kemauan untuk merespons; kepuasan yang timbul karena sambutan.
Misalnya : Siswa memutuskan untuk merespons pada lagu yang disajikan dan mengalami
kesenangan/kepuasan karenanya.
3.
Menilai (valuing) : penerimaan nilai-nilai, preferensi
terhadap suatu nilai, membuat
kesepakatan sehubungan dengan nilai. Contoh : Siswa menerima nilai musik
dangdut, menghubungkannya dengan
sistem nilainya sendiri, dan membentuk suatu kesepakatan sehubungan dengan pentingnya musik tersebut.
4.
Organisasi (organization) : suatu
konseptualisasi tentang suatu nilai, suatu organisasi dari suatu sistem nilai. Contoh : Siswa menyatukan apresiasinya yang baru menjadi/ke dalam
sistem nilainya sendiri mengenai musik atau kultur lainnya.
5.
Karakterisasi dengan suatu kompleks
nilai: suatu formasi mengenai perangkat umum,
suatu manifestasi daripada kompleks nilai. Contoh:
Siswa menyatukan nilai musik ke dalam
kehidupan pribadi dan menerapkan
konsep tersebut pada hobi pribadinya, atau minat, atau kariernya.
Tingkat-tingkat pada hierarki ini
tampak kurang jelas perbedaannya antara yang satu dengan yang lainnya dan kurang
tampak pada siswa, lain halnya pada matra kognitif.
3.
Matra Psikomotorik
Matra
psikomotorik adalah kategori ketiga tujuan pendidikan, yang menunjuk pada
gerakan-gerakan jasmaniah dan kontrol jasmaniah.
Kecakapan-kecakapan fisik dapat berupa pola-pola gerakan atau
keterampilan fisik yang khusus atau urutan keterampilan.
Struktur hierarki tujuan-tujuan psikomotorik dikembangkan oleh Elizabeth Simpson (1966 - 67), sebagai
berikut :
1.
Persepsi
(perception). Penggunaan lima organ indra untuk memperoleh kesadaran tentang tujuan dan untuk menerjemahkannya menjadi
tindakan (action). Contoh: ketika bermain volley ball, siswa menggunakan penglihatan, pendengaran
dan stimulasi untuk menyadari
unsur-unsur fisik daripada permainan itu.
2.
Kesiapan (set). Dalam keadaan siap untuk merespons secara mental, fisik dan
emosional. Contoh : seorang siswa menunjukkan persiapan fisik dan sikap untuk
melakukan kegiatan, misalnya siap
start berenang.
3.
Respons
terbimbing (guided response). Bantuan yang diberikan kepada siswa melalui pertunjukan
peran model, misalnya setelah guru
mendemonstrasikan suatu bentuk tingkah laku, lalu siswa mempraktikkannya sendiri.
4.
Mekanisme.
Respons fisik yang telah dipelajari menjadi kebiasaan, misalnya menunjukkan keterampilan kerja kayu setelah mengalami pelajaran sebelumnya.
5.
Respons yang unik (complex overt response). Suatu tindakan motorik yang rumit
dipertunjukkan dengan terampil dan efisien. Misalnya, setelah siswa latihan mengetik, maka dia
dapat melaksanakan tugas-tugas yang ditentukan secara
lengkap tanpa kesalahan dan
dengan kecepatan tinggi.
6.
Adaption. Mengubah respons-respons
dalam situasi-situasi yang baru. Misalnya,
setelah mempelajari bermain basket ball, siswa
menerapkan keterampilan-keterampilan yang telah dipelajari itu dalam bermain basket di air.
7. Originasi.
Menciptakan tindakan-tindakan baru. Misalnya, setelah menyelesaikan pelajaran cara
terjun ke dalam kolam, siswa menciptakan
cara-cara terjun baru dengan mengkombinasikan
keterampilan yang telah dipelajari dengan eksperimen fisik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan mengenai tujuan pendidikan di
atas, Dapat kita ketahui bahwasanya Pendidikan merupakan usaha manusia untuk
meningkatkan ilmu pengetahuan yang didapat baik dari lembaga formal maupun
informal dalam membantu proses transformasi sehingga dapat mencapai kualitas
yang diharapkan. Agar kualitas
yang diharapkan dapat tercapai, diperlukan penentuan tujuan pendidikan. Tujuan
pendidikan inilah yang akan menentukan keberhasilan dalam proses pembentukan
pribadi manusia yang berkualitas dengan tanpa
mengesampingkan peranan unsur-unsur lain dalam pendidikan. Dalam proses
penentuan tujuan pendidikan dibutuhkan suatu perhitungan yang matang, cermat,
dan teliti agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Oleh karena itu
perlu dirumuskan suatu tujuan pendidikan yang menjadikan moral sebagai basis
rohaniah yang amat vital dalam setiap peradaban bangsa.
B. Saran
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok
dalam hidup manusia. Untuk mendapatkan pendidikan yang baik maka perlu adanya
pemahaman terhadap dasar dan tujuan pendidikan secara mendalam.
DAFTAR PUSTAKA
Wahab,
Rochmad. 2011. Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : CV
Aswaja Pressindo
http://bukittingginews.com/2010/10/makalah-dasar-dan-tujuan-pendidikan/
unsam.ac.id/uploads/Tujuan_Belajar.docx
Tidak ada komentar:
Posting Komentar